Kondisi Sanitasi di Papua
Sanitasi adalah sebuah perilaku untuk mencegah penyakit yang berkaitan dengan usaha usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sanitasi dianggap sebagai perilaku untuk membiasakan hidup yang bersih sebagai bentuk untuk mencegah kontak langsung manusia dengan sesuatu yang kotor sehingga diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan. Masalah mengenai Sanitasi masih terjadi di Indonesia bahkan isu mengenai masalah sanitasi menjadi isu dunia yang terus diusahakan solusinya. Sanitasi yang buruk bisa mengurangi kesejahteraan manusia, pembangunan sosial, dan ekonomi. Jika sanitasi ini tidak diperhatikan dengan baik dapat memberikan dampak signifikan pada lingkup Kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi. Insiden penyakit yang menyebabkan kematian karena sanitasi buruk masih terjadi setiap tahunnya. Oleh karena itu isu sanitasi menjadi salah satu tujuan dalam Pembangunan berkelanjutan yaitu terdapat pada tujuan ke 6.
Untuk melihat akses terhadap
sanitasi yang layak, BPS mengeluarkan data mengenai persentase rumah tangga
menurut provinsi dan memiliki akses terhadap sanitasi layak. Konsep yang
digunakan adalah suatu rumah tangga dikatakan memiliki akses terhadap layanan
sanitasi layak jika rumah tangga tersebut memiliki fasilitas tempat buang air
besar yang digunakan sendiri atau Bersama rumah tangga tertentu (terbatas) ataupun di MCK Komunal,
menggunakan jenis kloset leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja di
tangki septik atau IPAL atau bisa juga di lubang tanah jika wilayah tempat
tinggalnya di perdesaan.
Berdasarkan publikasi BPS, Provinsi
Papua menjadi provinsi dengan persentase akses terhadap sanitasi layak terendah
dibanding provinsi lainnya pada tahun 2022 yaitu hanya sebesar 40,34%, jika
dibandingkan provinsi lainnya maka angka ini termasuk sangat rendah karena provinsi
lainnya berada pada angka diatas 60%. Bahkan persentase ini menurun sebesar
0,47% dari tahun sebelumnya yaitu persentase rumah tangga menurut provinsi dan
memiliki akses terhadap sanitasi layak di Provinsi Papua pada tahun 2021 adalah
40,81%.
Salah satu penyebab buruknya
program sanitasi di Provinsi Papua adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan
sehat. Kesadaran untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada
Masyarakat papua masih sangat kurang terutama dalam hal mencuci tangan sebelum
makan, membuang air besar di kloset yang layak, penggunaan air bersih, serta
membuang sampah pada tempatnya. Keterbatasan pengetahuan dan kondisi
perekonomian bisa menjadi pemicu masyarakat sulit menerapkan PHBS. Sebagian masyarakat
bahkan masih buang air besar sembarangan padahal hal ini bisa menjadi sumber bakteri
dan penyakit.
Dilansir dari CNN Indonesia bahwa
diare menjadi penyakir yang paling banyak menyumbang angka kematian pada anak
di Papua, bahkan Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Papua mengatakan bahwa sekitar tiga puluh ribu kasus diare yang
menyebabkan kematian terjadi setiap tahunnya.
Untuk mengatasi masalah sanitasi,
pemerintah papua melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan PHBS. Pemerintah
Papua melaksanakan program benahi sanitasi yang bekerja sama dengan UNICEF
untuk mewujudkan air dan sanitasi yang inklusif dan berketahanan iklim. Pada
program ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang dampak buruk dari
rendahnya akses air dan sanitasi, serta diharapkan mampu mengidentifikasi
dampak dari perubahan iklim pada penyediaan akses air, sanitasi, dan kebersihan
di Papua. Selain itu kementrian Kesehatan juga menggalakkan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) diberbagai daerah di Indonesia, termasuk Papua.
STBM yang dilakukan di Papua melibatkan banyak pihak seperti UNICEF, Simavi, Rumsram, dan Wahana Visi Indonesia, juga Dinas
Kesehatan setempat. Program STBM ini adalah program untuk merubah perilaku
higienis dan sanitasi sebagai upaya menurunkan angka penyakit diare dan
penyakit yang berkaitan dengan lingkung terutama yang disebabkan oleh sanitasi
buruh yang perilaku yang tidak bersih dan sehat. Tanggung jawab mengatasi
masalah sanitasi di Papua tidak hanya menjadi beban bagi pemerintah tapi
diperlukan kesadaran dan Kerjasama Masyarakat provinsi Papua.
Komentar
Posting Komentar