Cerita Dibalik Bisa Kuliah di STIS

Lahir dan tumbuh ditengah keluarga yang sangat mendukung saya dalam pendidikan adalah salah satu anugerah dari Tuhan bagi saya. Memiliki orang tua yang siap meluangkan waktunya untuk mengajarkan materi materi sekolah sejak saya masih berada di bangku TK merupakan hal yang tak ternilai harganya. Momen saat orang tua saya selalu bersedia belajar bersama saya, terutama saat saya berada dibangku sekolah dasar merupakan momen yang sangat berperan besar dalam membentuk kecintaan saya terhadap matematika. Berawal dari kecil yang sudah diperkenalkan dan dibiasakan dengan sebuah materi angka, disinilah saya mulai menyadari bahwa kadar minat saya dalam bidang matematika lebih besar dibanding bidang lainnya. Sejak tk, orang tua saya suka mendaftarkan saya untuk mengikuti lomba lomba, seperti lomba menggambar, mewarnai, menari, fashion show, dan lainnya sehingga dari yang tadinya diminta mengikuti lomba berubah menjadi saya sendiri yang meminta kepada orang tua saya untuk didaftarkan lomba. Salah satu lomba yang sangat dan sampai saat ini membekas dipikiran saya adalah lomba yang saya ikuti saat saya kelas 5 SD, saya menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade matematika yang mengantarkan saya sampai ke tingkat provinsi. Meskipun hanya sampai tingkat provinsi, namun lomba inilah yang semakin menambah minat saya dibidang matematika.

Seiring berjalannya waktu, tidak terasa saya memasuki bangku SMA. Sejak kelas 10 saya mulai mencari cari buku latihan soal untuk persiapan lanjut ke jenjang berikutnya. Pada saat itu yang ada dipikiran saya hanyalah perguruan tinggi negeri, belum terpikirkan oleh saya sedikitpun mengenai sekolah kedinasan terutama Polstat STIS. Meskipun begitu, sejak kelas 10 jurusan yang paling awal ada dibayangan saya adalah statistika.

Suatu hari orang tua saya berbincang bincang dengan saya, ia mengenalkan kepada saya mengenai sekolah kedinasan. Orang tua saya membebaskan saya untuk memilih jurusan dan kampus yang terbaik menurut saya, namun jika bisa memilih, mereka menginginkan saya masuk ke sekolah kedinasan. Sejak saat itu saya mulai mencaritahu mengenai sekolah kedinasan yang cocok dengan minat saya. Dari sekian banyak daftar sekolah kedinasan, saya merasa minat dan kemampuan saya tertuju pada Polstat STIS. Mungkin awalnya ini hanyalah mimpi dari orang tua saya, tetapi setelah mencari tahu lebih dalam, saya mulai memikirkan dan menjadikan polstat stis menjadi salah satu daftar tempat saya harus melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.

Namun sama seperti siswa kelas 12 lainnya yang pernah melewati fase kebingungan yaitu pilihan atas perguruang tinggi yang terus berubah, saya pun merasakan hal tersebut. Saat kelas 12 terdapat sisi dari diri saya yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri karena melihat campus life orang orang di sosial media yang terlihat sangat seru. Kelas 12 saya tidak sepenuhnya berjalan secara offline karena adanya covid-19. Meskipun berjalan secara online, untungnya saya dipertemukan dengan seorang guru yang bahkan menawarkan dirinya untuk mau mengajarkan saya dan sahabat sahabat saya materi SBMPTN dan kedinasan secara offline. Ditengah bimbingan yang berlangsung, guru saya mengatakan bahwa mamah saya pernah bercerita kepada beliau bahwa ia sangat ingin saya bisa masuk sekolah kedinasan. Mendengar hal tersebut, saya memantapkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Polstat STIS. Kelas 12 semester 2 ternyata covid-19 mulai redah, kami pun diminta untuk masuk sekolah dan berhubung SMA saya berbasis boarding school maka saya harus menjalani kehidupan asrama. Hari hari terus berlalu dan semakin mendekati akhir masa putih abu abu yang ditandai dengan akan berakhirnya ujian madrasah. Setelah ujian madrasah berakhir, kami pun diizinkan untuk pulang dan kembali ke daerah masing-masing.

Saat sudah keluar asrama ternyata masih ada waktu beberapa bulan untuk menuju tes Polstat STIS sehingga saya memanfaatkannya untuk belajar, latihan soal, dan mengikuti beberapa bimbel secara online. Dalam waktu beberapa bulan tersebut banyak hal yang saya rasakan, mulai dari rasa takut tidak lulus, takut mengecewakan orang tua, sampai pada rasa tidak percaya diri. Mamah saya menjadi saksi dan tempat saya berbagi cerita atas segala ketakutan yang saya rasakan. Satu hal yang mamah saya katakan dan sampai saat ini selalu menjadi penenang atas ketakutan saya adalah “jangan pernah berburuk sangka kepada Allah, apa yang kamu pikirkan bisa memengaruhi hasil yang sedang kamu jalani maka pikirkanlah yang baik baik, berusaha, berdoa, dan sisanya serahkan kepada Allah”.

Satu per satu tahap masuk stis telah saya lewati dan sampailah pada pengumuman tahap akhir pada tanggal 1 Agustus 2022. Sangat jelas teringat oleh saya bahwa pengumuman tersebut sekitar pukul 17.00 wita, saya membuka pengumuman tersebut bertiga bersama mamah dan papah saya yang baru saja tiba dirumah, melihat nama saya tercantum sebagai peserta yang lulus menjadikan hari tersebut menjadi salah satu hari yang bahagia dan mengesankan bagi saya. Tanpa sadar air mata mamah saya berlinang dan ia langsung memeluk saya. Sebuah perasaan legah karena ternyata saya bisa mewujudkan salah satu keinginan mamah saya.

Dari perjalanan yang saya lewati hingga bisa sampai berkuliah di Polstat STIS, saya  belajar beberapa hal yaitu doa dan restu orang tua serta menyenangkan orang tua menjadi salah satu hal yang bisa mempermudah perjalanan kita dalam meraih sesuatu. Bisa dibilang mamah saya menjadi orang yang paling barjasa dan berperan dalam proses saya menuju Polstat STIS, mamah  menjadi tempat teraman bagi saya, tanpanya mungkin saya tidak pernah keluar dalam berbagai hal ketakutan yang saya rasakan.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta : I learned a lot of thing from here

My Uniqueness : Karunia Dari Tuhan